Jumat, 24 Februari 2017

BIMBINGAN KONSELING ( Tujuan, Fungsi, Prinsip, dan Kesalahpahaman dalam BK)

by : Khusnul Khotimah (15130093)


Setelah kemarin kita membahas tentang perbedaan antara bimbingan dan konseling, siapa saja target yang dilayani oleh bimbingan konseling, serta bagaimana kondisi riil yang telah ada di lingkungan sekolah mengenai bimbingan dan konseling. Nah.. kali ini saya akan membahas tentang tujuan, fungsi, prinsip-prinsip, serta kesalahpahaman yang ada dalam Bimbingan Konseling. Semoga bisa bermanfaat bagi pembaca ~

Tujuan Bimbingan Konseling

Secara Umum :

ü  Untuk memfasilitasi anak dalam meraih apa yang akan menjadi karier sang anak.
ü  Melayani semua yang bermasalah dan tidak bermasalah. Jadi mungkin dalam persepsi kebanyakan orang, BK hanyalah layanan yang digunakan untuk melayani siswa/anak yang mempunyai masalah. Tetapi jika boleh diteliti lebih dalam, BK juga melayani anak untuk menentukan karier seperti poin pertama.
ü  Untuk mengarahkan anak dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya.

Secara khusus:

Bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial (afektif), belajar (akademik/kognitif), dan karier (psikomotorik).

1.      Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait aspek pribadi-sosial siswa adalah:
ü  Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, sekolah/madrasah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.
ü  Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.
ü  Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
ü  Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat.
ü  Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas dan kewajibannya.
ü  Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silahturahmi dengan sesama manusia.
ü  Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain.

2.      Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait aspek belajar (akademik) siswa adalah:

ü  Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya.
ü  Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan.
ü  Memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
ü  Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca buku, menggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.
ü  Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas.
ü  Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.

3.      Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait aspek karier siswa (kebanyakan bagi siswa SMA) adalah:

ü  Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat, dan kepribadian) yang terkait dengan pekerjaan.
ü  Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karier yang menunjang kematangan kompetensi karier.
ü  Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam artian mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermanfaat bagi dirinya dan sesuai dengan norma agama.
ü  Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran) dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita kariernya masa depan.
ü  Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karier, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.
ü  Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.
ü  Dapat membentuk pola-pola karier, yaitu kecenderungan arah karier. Apabila seorang siswa bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karier keguruan tersebut.

Fungsi Bimbingan Konseling

1.      Fungsi Description (penggambaran/pemahaman)
Fungsi bimbingan dan konseling yang membantu konsuling agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, konsuling diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
2.      Fungsi Preventif (pencegahan)
Fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konsuling. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konsuling tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para konsuling dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya : bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out, dan pergaulan bebas (free sex).
3.      Fungsi Modification (pengembangan)
Fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konsuling. Konselor dan personel Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu konsuling mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata.
4.      Fungsi Penyembuhan
Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konsuling yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.
5.      Fungsi Penyaluran
Fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konsuling dalam memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.
6.      Fungsi Adaptasi
Fungsi yang membantu para pelaksana pendidikan, kepala Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan konsuling. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai konsuling, pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan konsuling secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan konsuling.
7.      Fungsi Penyesuaian
Fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.

Prinsip-Prinsip Bimbingan Konseling

1.      Bimbingan konseling ditujukan kepada semua level peserta didik, bukan hanya yang sedang ada masalah.
2.      Sebagai proses individuasi (mengambil level individu pada level masyarakat.
3.      Menekankan pada hal-hal yang positif.
4.      Dilakukan dengan usaha bersama.

Kesalahpahaman dalam Bimbingan Konseling di Lingkungan Sekolah

1.      BK sering disamakan dengan mata pelajaran atau bahkan dibedakan yang seharusnya BK masuk pada setiap urat nadi mata pelajaran yang diajarkan.
2.      Kebanyakan guru BK dianggap seperti polisi bagi siswa karena ditakuti. Seharusnya oleh siswa dianggap sebagi teman.
3.      BK dianggap sebagai pemberian nasehat yang sebenarnya BK harusnya mempunyai motto take and give.
4.      BK hanya keluar ketika masalah muncul yang seharusnya BK memilih langkah preventiv (pencegahan).
5.      BK dibatasi hanya untuk konseling masalah tertentu.
6.      Seakan guru BK berjalan sendiri dan mempunyai jalan sendiri. Dalam hal ini, seharusnya guru BK berjalan beriringan dengan guru kelas dan guru agama.
7.      Sosialisasi tentang BK kurang sehingga banyak yang salah mengartikan layanan BK. Seakan akan guru BK yang selalu mencari masalah dilingkungan siswa.
8.      Banyak orang yang menganggap pekerjaan BK mampu diperankan semua orang.
9.      Pelayanan BK hanya berlaku di keluhan pertama dengan tidak adanya kejelasan pada waktu selanjutnya.
10.  Guru BK dianggap sebagai Psikiater/Psikolog.
11.  Kebanyakan orang berpendapat bahwa seseorang yang bekerja pada BK itu harus mempunyai hasil yang nyata dan langsung dalam jangka waktu yang singkat.
12.  Kesalahpahamn terhadap alat-alat yang dipakai oleh orang BK.

Minggu, 19 Februari 2017


NAMA            : Khusnul Khotimah
                                           
NIM                : 15130093


‗‗‗‗‗‗‗__________________________________________________________________________

Pada pembahasan sebelumnya, saya sudah membahas tentang apa itu Bimbingan dan apa itu Konseling. Nah dalam penulisan saya kali ini, mungkin saya akan banyak membicarakan tentang perbedaan antara bimbingan dan konseling, siapa saja target yang dilayani oleh bimbingan konseling, serta bagaimana kondisi riil yang telah ada di lingkungan sekolah mengenai bimbingan dan konseling. Semoga tulisan saya akan dapat dengan mudah untuk dipahami.
Mungkin untuk sebagian orang banyak yang menganggap bahwa bimbingan dan konseling adalah hal yang sama. Akan tetapi disini saya akan menjelaskan beberapa perbedaan antara bimbingan dan konseling.

Perbedaan Antara Bimbingan dan Konseling


Bimbingan :

1.      Kegiatan yang tidak harus berpusat pada individu. Biasanya bekerja secara profesional.
2.      Merupakan proses bantuan yang cakupannya luas.
3.      Bimbingan juga merupakan tehnik dalam psikologi.
4.      Dari segi isi, bimbingan akan lebih banyak bersangkutan dengan mendapatkan atau di beri informasi.
5.      Sedikit lebih menekan pada pencegahan. 




      Konseling :

1.      Kegiatan yang sering dilakukan secara langsung atau tatap muka antara konselor dan konsuling.
2.      Dari segi tenaga konselor dapat dilakukan oleh orang tua, wali kelas, kepala sekolah, guru, orang dewasa atau yang lainnya.
3.      Konseling ini hanya dapat di lakukan oleh orang yang sudah mempunyai ilmu atau pengetahuan di bidang ini.
4.      konseling adalah bentuk yang khusus dari bimbingan yang di lakukan oleh konselor kepada konsuling.



      Pihak-pihak yang mendapat pelayanan Bimbingan Konseling

1.      Seseorang yang telah mampu mendefinisikan dirinya serta sadar dengan konsep dirinya. Contohnya dalam hal ini adalah anak kecil. Tidak mungkin kan kita memberikan bimbingan konseling pada anak yang belum mengerti apa yang harus dia lakukan dalam hidupnya.
2.      Mengontrol dan menggunakan aspek kognitif dan sosio emosionalnya dengan baik. Seperti halnya pada orang gila atau yang semacamnya, bimbingan konseling tidak dapat melayaninya karena mereka tidak bisa mengontrol emosi yang ada pada dirinya.
3.      Memiliki keinginan untuk pelayanan. Seseorang memang harus memiliki poin yang ketiga ini, kenapa ? jika seseorang tidak ada keinginan, lantas bimbingan konseling juga tidak bisa membuka masalah yang dihadapi orang tersebut.
4.      Memiliki “masalah” atau bisa juga dikatakan berkebutuhan untuk menemukan dan meningkatkan potensinya.


      Kondisi Riil Bimbingan Konseling yang Ada di Sekolah




Dalam pembahasan ini, saya akan menguraikan menjadi poin-poin sehingga dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca, yaitu :

1.      Sangat disayangkan sekali karena beberapa sekolah atau bisa juga dikatakan bahwa belum semua sekolah membuat program layanan bimbingan konseling.
2.      Kurang optimalnya peranan guru bimbingan konseling dalam bertindak.
3.      Layanan bimbingan konseling masih berdasarkan kasus yang muncul. Jadi jika tidak ada kasus yang terjadi diantara para siswa maupun siswi, guru bimbingan konseling tidak akan bertindak.
4.      Belum semua sekolah mampu mengembangkan penilaian dalam pengembangan diri (khususnya bimbingan konseling).
5.      Masih terdapat asumsi bahwa bimbingan konseling adalah mata pelajaran, sehingga perlu dibuat silabus.


Senin, 13 Februari 2017

NAMA            : Khusnul Khotimah
NIM                : 15130093
 

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah disini saya diberikan kesempatan untuk menuliskan sebuah tulisan pada blog ini. Sebenarnya saya sudah lama membuat blog ini, tetapi baru berfungsi sekarang dan insya Allah akan terus berfungsi untuk kedepannya. Selanjutnya pada blog saya ini akan banyak membahas tentang bimbingan konseling dan materi-materi yang telah melekat padanya.
Sebelum kita melangkah lebih jauh, saya akan membahas tentang pengertian Bimbingan Konseling. Tentu bagi sebagian orang sudah mengetahui apa yang dimaksud dengan bimbingan dan juga konseling.
Menurut Supriyadi (2004 : 207), Bimbingan dapat diartikan sebagai proses bantuan yang diberikan oleh konselor/pembimbing kepada klien/disini kita menyebutnya konsuling agar konsuling dapat :
1.      Memahami dirinya
2.      Mengarahkan dirinya
3.      Memecahkan masalah-masalah yang sedang dihadapinya
4.      Menyesuaikan diri dengan lingkungannya ( keluarga, masyarakat, sekolah)
5.      Mengambil manfaat dari peluang-peluang yang dimilikinya dalam rangka mengembangkan diri sesuai dengan potensi-potensinya, sehingga berguna bagi dirinya dan masyarakatnya.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa bimbingan merupakan pemeberian bantuan yang dilakukan uleh seorang ahli/profesional kepada individu dengan menggunakan berbagai prosedur.

Konseling dapat dikatakan sebagai upaya dalam membantu seorang individu untuk melalui proses interaksi antara konselor dan konsuling. Agar konsuling mampu memahami diri dan lingkungan yang ada disekitarnya. Juga mampu untuk membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang telah diyakininya.
Dalam melakukan kegiatan konseling, ada beberapa yang harus diperhatikan diantaranya :
1.      Hubungan yang bersifat profesional
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa dalam menghadapi masalah seorang Konsuling, seorang Konselor harus bersikap profesional. Tidak mencampur adukan antara perasaan pribadi dengan masalah yang sedang dialami oleh Konsuling.
2.      Harus bersifat face to face
Face to face berarti bertatap muka. Seorang Konselor harus mengerti dan mencermati bagaimana si Konseling menghadapi masalahnya.
3.      Konselor dan Konseling
Seperti yang telah dijelaskan pada point 1 dan 2, Konselor dapat diartikan sebagai pemeberi bantuan dan Konseling dapat diartikan sebagai peminta bantuan.
4.      Memberikan informasi dan reaksi
Yang dimaksudkan disini adalah konseling memberikan informasi yang dapat mendukung konselor untuk memahami masalah yang diceritakan. Dan di sisi lain konselor juga diharuskan untuk memberi reaksi pada masalah yang telah diceritakan oleh konseling. Reaksi yang diberikan oleh seorang konselor juga harus tahu saat dimana dia akan bereaksi. Misalnya saat seorang konseling sudah sampai pada akhir ceritanya, itulah saat dimana seorang konselor harus memberikan reaksinya.
5.      Menginterpretasikan
6.      Memberikan contoh kehidupan masa depan
7.      Harus mengetahui tentang teori-teori pengembangan psikologi
Dengan mengetahui teori-teori dari pengembangan psikologi, seorang konselor dapat dengan mudah mengetahui seperti apa masalah yang dihadapi oleh konseling. Biasanya ini digunakan sebagai metode.
Untuk lebih jelasnya lagi, dari pembahasan diatas saya akan mengambil contoh kasus yang berasal dari lingkungan sekitar saya. Saya mempunyai seorang teman, bisa juga dikatakan sebagai seorang sahabat namanya adalah Lala. Lala berada satu kelas dengan saya dari kelas satu sampai tiga. Saat kelas tiga, tentunya banyak dari teman-teman saya tak terkecuali juga saya pastinya menginginkan pendidikan yang lebih tinggi. Tetapi tidak dengan Lala. Ia tidak mempunyai niatan untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Saya tidak tahu mengapa ia tidak mau melanjutkan. Karena rasa penasaran saya lebih besar daripada rasa takut saya, akhirnya saya pun bertanya pada Lala. Dan ada jawaban yang mengejutkan darinya yaitu bahwa Lala tidak diperbolehkan untuk meneruskan ke perguruan tinggi. Saya bertanya kenapa kok tidak boleh ? dan menurut orang tua Lala, kenapa susah-susah belajar jika akhirnya di dapur. Pemikiran tersebut menurut saya tidak relevan sekali, sekarang kan sudah ada emansipasi wanita. Kenapa pemikiran orang tuanya masih sangat kolot dan terkesan membatasi anak. Tetapi setelah melakukan bimbingan konseling kepada guru BK yang serta merta mendatangkan orangtuanya, akhirnya Lala bisa memilih pilihan yang tepat bagi dirinya sesuai dengan pembahasan yang telah saya jelaskan diatas. Pilihan yang membuat Lala semakin percaya diri yaitu meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi.
Demikian yang dapat saya sampaikan pada tulisan saya malam ini. Mungkin karena saya masih awal dalam menulis jadi ada hal-hal atau dari pembahasan yang kurang nyambung dan terkesan monoton. Sekali lagi mohon maaf. Kritik dan saran sangat diperlukan untuk memperbaiki tulisan saya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.