NAMA :
Khusnul Khotimah
NIM :
15130093

Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah disini saya
diberikan kesempatan untuk menuliskan sebuah tulisan pada blog ini. Sebenarnya
saya sudah lama membuat blog ini, tetapi baru berfungsi sekarang dan insya
Allah akan terus berfungsi untuk kedepannya. Selanjutnya pada blog saya ini
akan banyak membahas tentang bimbingan konseling dan materi-materi yang telah
melekat padanya.
Sebelum kita melangkah
lebih jauh, saya akan membahas tentang pengertian Bimbingan Konseling. Tentu
bagi sebagian orang sudah mengetahui apa yang dimaksud dengan bimbingan dan
juga konseling.
Menurut Supriyadi (2004 :
207), Bimbingan dapat diartikan sebagai proses bantuan yang diberikan oleh konselor/pembimbing kepada klien/disini
kita menyebutnya konsuling agar
konsuling dapat :
1. Memahami
dirinya
2. Mengarahkan
dirinya
3. Memecahkan
masalah-masalah yang sedang dihadapinya
4. Menyesuaikan
diri dengan lingkungannya ( keluarga, masyarakat, sekolah)
5. Mengambil
manfaat dari peluang-peluang yang dimilikinya dalam rangka mengembangkan diri
sesuai dengan potensi-potensinya, sehingga berguna bagi dirinya dan
masyarakatnya.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa bimbingan merupakan pemeberian
bantuan yang dilakukan uleh seorang ahli/profesional kepada individu dengan
menggunakan berbagai prosedur.
Konseling dapat dikatakan
sebagai upaya dalam membantu seorang individu untuk melalui proses interaksi
antara konselor dan konsuling. Agar konsuling mampu memahami diri dan
lingkungan yang ada disekitarnya. Juga mampu untuk membuat keputusan dan
menentukan tujuan berdasarkan nilai yang telah diyakininya.
Dalam melakukan kegiatan konseling, ada beberapa yang
harus diperhatikan diantaranya :
1. Hubungan
yang bersifat profesional
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa
dalam menghadapi masalah seorang Konsuling, seorang Konselor harus bersikap
profesional. Tidak mencampur adukan antara perasaan pribadi dengan masalah yang
sedang dialami oleh Konsuling.
2. Harus
bersifat face to face
Face to face berarti bertatap muka.
Seorang Konselor harus mengerti dan mencermati bagaimana si Konseling
menghadapi masalahnya.
3. Konselor
dan Konseling
Seperti yang telah dijelaskan pada
point 1 dan 2, Konselor dapat diartikan sebagai pemeberi bantuan dan Konseling
dapat diartikan sebagai peminta bantuan.
4. Memberikan
informasi dan reaksi
Yang dimaksudkan disini adalah
konseling memberikan informasi yang dapat mendukung konselor untuk memahami
masalah yang diceritakan. Dan di sisi lain konselor juga diharuskan untuk
memberi reaksi pada masalah yang telah diceritakan oleh konseling. Reaksi yang
diberikan oleh seorang konselor juga harus tahu saat dimana dia akan bereaksi.
Misalnya saat seorang konseling sudah sampai pada akhir ceritanya, itulah saat
dimana seorang konselor harus memberikan reaksinya.
5. Menginterpretasikan
6. Memberikan
contoh kehidupan masa depan
7. Harus
mengetahui tentang teori-teori pengembangan psikologi
Dengan mengetahui teori-teori dari
pengembangan psikologi, seorang konselor dapat dengan mudah mengetahui seperti
apa masalah yang dihadapi oleh konseling. Biasanya ini digunakan sebagai
metode.
Untuk lebih jelasnya
lagi, dari pembahasan diatas saya akan mengambil contoh kasus yang berasal dari
lingkungan sekitar saya. Saya mempunyai seorang teman, bisa juga dikatakan sebagai
seorang sahabat namanya adalah Lala. Lala berada satu kelas dengan saya dari
kelas satu sampai tiga. Saat kelas tiga, tentunya banyak dari teman-teman saya
tak terkecuali juga saya pastinya menginginkan pendidikan yang lebih tinggi. Tetapi
tidak dengan Lala. Ia tidak mempunyai niatan untuk melanjutkan ke Perguruan
Tinggi. Saya tidak tahu mengapa ia tidak mau melanjutkan. Karena rasa penasaran
saya lebih besar daripada rasa takut saya, akhirnya saya pun bertanya pada
Lala. Dan ada jawaban yang mengejutkan darinya yaitu bahwa Lala tidak diperbolehkan
untuk meneruskan ke perguruan tinggi. Saya bertanya kenapa kok tidak boleh ? dan
menurut orang tua Lala, kenapa susah-susah belajar jika akhirnya di dapur. Pemikiran
tersebut menurut saya tidak relevan sekali, sekarang kan sudah ada emansipasi
wanita. Kenapa pemikiran orang tuanya masih sangat kolot dan terkesan membatasi
anak. Tetapi setelah melakukan bimbingan konseling kepada guru BK yang serta
merta mendatangkan orangtuanya, akhirnya Lala bisa memilih pilihan yang tepat
bagi dirinya sesuai dengan pembahasan yang telah saya jelaskan diatas. Pilihan yang
membuat Lala semakin percaya diri yaitu meneruskan ke jenjang yang lebih
tinggi.
Demikian yang dapat saya
sampaikan pada tulisan saya malam ini. Mungkin karena saya masih awal dalam
menulis jadi ada hal-hal atau dari pembahasan yang kurang nyambung dan terkesan
monoton. Sekali lagi mohon maaf. Kritik dan saran sangat diperlukan untuk
memperbaiki tulisan saya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar