Senin, 13 Februari 2017

NAMA            : Khusnul Khotimah
NIM                : 15130093
 

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah disini saya diberikan kesempatan untuk menuliskan sebuah tulisan pada blog ini. Sebenarnya saya sudah lama membuat blog ini, tetapi baru berfungsi sekarang dan insya Allah akan terus berfungsi untuk kedepannya. Selanjutnya pada blog saya ini akan banyak membahas tentang bimbingan konseling dan materi-materi yang telah melekat padanya.
Sebelum kita melangkah lebih jauh, saya akan membahas tentang pengertian Bimbingan Konseling. Tentu bagi sebagian orang sudah mengetahui apa yang dimaksud dengan bimbingan dan juga konseling.
Menurut Supriyadi (2004 : 207), Bimbingan dapat diartikan sebagai proses bantuan yang diberikan oleh konselor/pembimbing kepada klien/disini kita menyebutnya konsuling agar konsuling dapat :
1.      Memahami dirinya
2.      Mengarahkan dirinya
3.      Memecahkan masalah-masalah yang sedang dihadapinya
4.      Menyesuaikan diri dengan lingkungannya ( keluarga, masyarakat, sekolah)
5.      Mengambil manfaat dari peluang-peluang yang dimilikinya dalam rangka mengembangkan diri sesuai dengan potensi-potensinya, sehingga berguna bagi dirinya dan masyarakatnya.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa bimbingan merupakan pemeberian bantuan yang dilakukan uleh seorang ahli/profesional kepada individu dengan menggunakan berbagai prosedur.

Konseling dapat dikatakan sebagai upaya dalam membantu seorang individu untuk melalui proses interaksi antara konselor dan konsuling. Agar konsuling mampu memahami diri dan lingkungan yang ada disekitarnya. Juga mampu untuk membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang telah diyakininya.
Dalam melakukan kegiatan konseling, ada beberapa yang harus diperhatikan diantaranya :
1.      Hubungan yang bersifat profesional
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa dalam menghadapi masalah seorang Konsuling, seorang Konselor harus bersikap profesional. Tidak mencampur adukan antara perasaan pribadi dengan masalah yang sedang dialami oleh Konsuling.
2.      Harus bersifat face to face
Face to face berarti bertatap muka. Seorang Konselor harus mengerti dan mencermati bagaimana si Konseling menghadapi masalahnya.
3.      Konselor dan Konseling
Seperti yang telah dijelaskan pada point 1 dan 2, Konselor dapat diartikan sebagai pemeberi bantuan dan Konseling dapat diartikan sebagai peminta bantuan.
4.      Memberikan informasi dan reaksi
Yang dimaksudkan disini adalah konseling memberikan informasi yang dapat mendukung konselor untuk memahami masalah yang diceritakan. Dan di sisi lain konselor juga diharuskan untuk memberi reaksi pada masalah yang telah diceritakan oleh konseling. Reaksi yang diberikan oleh seorang konselor juga harus tahu saat dimana dia akan bereaksi. Misalnya saat seorang konseling sudah sampai pada akhir ceritanya, itulah saat dimana seorang konselor harus memberikan reaksinya.
5.      Menginterpretasikan
6.      Memberikan contoh kehidupan masa depan
7.      Harus mengetahui tentang teori-teori pengembangan psikologi
Dengan mengetahui teori-teori dari pengembangan psikologi, seorang konselor dapat dengan mudah mengetahui seperti apa masalah yang dihadapi oleh konseling. Biasanya ini digunakan sebagai metode.
Untuk lebih jelasnya lagi, dari pembahasan diatas saya akan mengambil contoh kasus yang berasal dari lingkungan sekitar saya. Saya mempunyai seorang teman, bisa juga dikatakan sebagai seorang sahabat namanya adalah Lala. Lala berada satu kelas dengan saya dari kelas satu sampai tiga. Saat kelas tiga, tentunya banyak dari teman-teman saya tak terkecuali juga saya pastinya menginginkan pendidikan yang lebih tinggi. Tetapi tidak dengan Lala. Ia tidak mempunyai niatan untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Saya tidak tahu mengapa ia tidak mau melanjutkan. Karena rasa penasaran saya lebih besar daripada rasa takut saya, akhirnya saya pun bertanya pada Lala. Dan ada jawaban yang mengejutkan darinya yaitu bahwa Lala tidak diperbolehkan untuk meneruskan ke perguruan tinggi. Saya bertanya kenapa kok tidak boleh ? dan menurut orang tua Lala, kenapa susah-susah belajar jika akhirnya di dapur. Pemikiran tersebut menurut saya tidak relevan sekali, sekarang kan sudah ada emansipasi wanita. Kenapa pemikiran orang tuanya masih sangat kolot dan terkesan membatasi anak. Tetapi setelah melakukan bimbingan konseling kepada guru BK yang serta merta mendatangkan orangtuanya, akhirnya Lala bisa memilih pilihan yang tepat bagi dirinya sesuai dengan pembahasan yang telah saya jelaskan diatas. Pilihan yang membuat Lala semakin percaya diri yaitu meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi.
Demikian yang dapat saya sampaikan pada tulisan saya malam ini. Mungkin karena saya masih awal dalam menulis jadi ada hal-hal atau dari pembahasan yang kurang nyambung dan terkesan monoton. Sekali lagi mohon maaf. Kritik dan saran sangat diperlukan untuk memperbaiki tulisan saya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar